Senin, 07 Februari 2011

Penyakit yang Bisa Disembuhkan Sendiri oleh Tubuh

img
foto: Thinkstock
Jakarta, Tidak semua penyakit butuh obat, sebab tubuh punya mekanisme alami untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Agar tidak terjebak dalam konsumsi obat yang berlebihan dan tidak rasional, kenali penyakit-penyakit yang bisa sembuh sendiri.

Hampir semua jenis penyakit yang sifatnya akut (berlangsung singkat, tidak menahun) merupakan self limiting disease artau penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Beberapa di antaranya dipicu oleh gangguan pada mekanisme alami tubuh manusia, namun sebagain besar disebabkan oleh virus.

Berbeda dengan infeksi bakteri, infeksi virus tidak bisa diobati dengan antibiotik. Dikutip dari chestofbooks, Senin (7/1/2011), infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya karena sistem kekebalan tubuh akan membentuk perlawanan untuk membunuh dan menyingkirkan virus-virus tersebut.

Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang termasuk self limiting disease dan tidak membutuhkan obat khusus selain untuk mengatasi gejala yang menyertainya.

1. Cacar airPenyakit yang lebih sering menyerang anak kecil ini dipicu oleh infeksi virus varicella-zoster. Gejala cacar air atau chickenpox antara lain gatal-gatal, bentol kemerahan di sekujur tubuh dan disertai demam tinggi.

Meski pada anak sehat bisa sembuh dengan sendirinya, cacar air bisa juga menyebabkan komplikasi yang mematikan. Diperkirakan dalam setahun ada sekitar 100 orang tewas dan lebih dari 14.000 orang masuk rumah sakit karena komplikasi cacar yang meliputi asma, pneumonia serta dehidrasi akibat mual-muntah dan diare.

Meski tetap diberi antivirus, pengobatan untuk penyakit ini lebih banyak ditujukan untuk mengatasi gejala dan mencegah infeksi penyerta. Misalnya penurun panas untuk mengatasi demam, kalamin untuk mengurangi gatal dan antiseptik untuk mandi atau membersihkan tubuh.

2. Flu dan pilekCommon cold atau pilek ditularkan oleh virus influenza, bukan oleh bakteri seperti yang diduga oleh sebagian orang. Oleh karena itu, antibiotik tidak perlu diberikan apabila tidak disertai radang maupun demam yang mengindikasikan adanya infeksi penyerta oleh bakteri.

Pemberian antibiotik sering tidak ada gunanya, karena pengobatan yang lebih dibutuhkan pada flu dan pilek adalah obat-obat simptomatik atau pengurang gejala. Misalnya dekongestan untuk melegakan tenggorokan, antialergi untuk bersin-bersin dan pereda batuk jika diperlukan.

Suplemen multivitamin juga penting untuk diberikan dalam kondisi seperti ini, karena bisa meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh. Secara alami, sistem imun yang sehat dengan sendirinya akan membentuk perlawanan terhadap virus flu.

3. Batuk yang tidak disertai radangBatuk merupakan mekanisme alami dalam tubuh untuk menyingkirkan benda asing dari saluran pernapasan. Tanpa harus diobati, umumnya batuk akan berhenti ketika rangsangan benda asing itu sudah hilang.

Batuk baru butuh antitusif atau pereda batuk jika sangat mengganggu aktivitas dan memicu radang karena tidak sembuh-sembuh.

Jenis batuk produktif yang disertai dahak bahkan tidak boleh dihentikan, namun perlu diberi ekspektoran atau pengencer dahak agar pengeluaran lendir-lendir tersebut bisa berlangsung lebih lancar.

4. Diare nonspesifikDiare dibagi menjadi 2 jenis yakni diare spesifik dan diare nonspesifik. Diare spesifik disebabkan oleh infeksi bakteri, sementara diare nonspesifik merupakan mekanisme alami untuk mengeluarkan benda asing yang dianggap berbahaya oleh saluran pencernaan.

Diare spesifik ditandai dengan demam dan didiagnosis berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Obat yang perlu diberikan untuk jenis diare yang satu ini adalah antibiotik, dengan jenis dan kekuatan yang disesuaikan dengan jenis bakteri dalam hasil pemeriksaan.

Sementara diare nonspesifik yang terjadi antara lain setelah makan cabai terlalu banyak, tidak perlu diobati karena akan sembuh dengan sendirinya. Selama dirasa belum terlalu mengganggu aktivitas, kondisi ini cukup diatasi dengan oralit untuk mengantisipasi dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.

5. Alergi gatal-gatalMeski beberapa jenis obat antihistamin atau antialergi bisa dibeli dengan bebas, bukan berarti obat ini harus digunakan setiap kali mengalami gatal-gatal karena alergi. Reaksi alergi hanya terjadi jika ada faktor pemicu, sehingga langkah paling tepat adalah menghindari hal-hal yang memicunya.

Obat antihistamin sebaiknya hanya dikonsumsi jika faktor pemicu alergi memang tidak terhindarkan, misalnya cuaca dingin. Jenis-jenis makanan tertentu jika masih bisa dihindari maka lebih baik dihindari saja daripada harus minum obat.

6. Jerawat bintik putihBanyak yang menawarkan obat-obatan untuk menghilangkan jerawat atau Acne vulgaris di wajah. Padahal selama tidak disertai infeksi, jerawat biasa yang sering memiliki bintik putih di dalamnya akan hilang jika kebersihan dan kadar minyak di permukaan kulit selalu terkendali.

Sebagian besar jerawat bisa disebabkan oleh penyumbatan kelenjar minyak oleh kotoran maupun bekas make-up yang tidak dibersihkan. Fungsi minyak sendiri adalah menjaga kelembaban kulit agar tidak kering dan pecah-pecah.

7. Molluscum ContagiosumPenyakit kulit yang dicirikan dengan benjolan-benjolan (papulla) bening dan berair ini disebabkan oleh infeksi virus dan lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa. Karena ditemukan juga di sekitar alat kelamin dan bisa menular lewat kontak langsung, penyakit ini sering dikira penyakit menular seksual.

Meski tidak berbahaya, benjolan-benjolan itu bisa pecah bila tergores atau digaruk sehingga membuka pintu untuk terjadinya infeksi pada bekas luka. Namun bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, penyakit kulit ini bisa sembuh sendiri dalam waktu 6-12 bulan.

8. ChikungunyaPenyakit ini disebabkan oleh jenis virus bernama Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya antara lain demam tinggi sampai menggigil yang disertai rasa ngilu yang menusuk hingga ke otot dan tulang sehingga disebut juga flu tulang.

Meski gejalanya sangat parah, virus yang menyebabkan penyakit ini tidak dibasmi sehingga obat yang diberikan hanya untuk mengatasi gejala seperti diberi penurun panas untuk mengatasi demamnya. Untungnya, gejala ini hanya berlangsung antara 5-10 hari dan akan sembuh dengan sendirinya.

9. Hand, foot and mouth disease (HFMD)Penyakit tangan, kaki dan mulut disebabkan oleh infeksi berbagai jenis virus dari keluarga Picornaviridae terutama Enterovirus 71 (EV-71). Virus ini lebih banyak menyerang bayi dan anak-anak terutama pada musim panas.

Gejala yang menyertai penyakit ini adalah demam dan ruam seperti herpes di sekitar tangan, kaki dan mulut. Umumnya gejala-gejala tersebut akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari dan tidak meninggalkan bekas apapun.

10. Kikuchi-Fujimoto diseaseSesuai namanya, penyakit yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV) ini ditemukan oleh Dr Masahiro Kikuchi dan Y Fujimoto pada tahun 1972. Gejalanya adalah demam yang disertai pembengkakan di leher akibat adanya pelebaran pada pembuluh limpa.

Penyakit langka yang lebih banyak ditemukan di wilayah Asia ini sering menyerang kaum mudah khususnya wanita pada rentang usia 20-30 tahun. Obat yang diberikan hanya bertujuan untuk mengatasi demam sementara untuk infeksinya belum ada obatnya, namun akan sembuh dengan sendirinya.

Penyebab dan Gejala Kanker Paru-paru

img
(Foto: thinkstock)
Deskripsi
Kanker paru-paru, seperti semua kanker, merupakan hasil dari suatu kelainan sel, unit paling dasar dari kehidupan. Biasanya, tubuh mempertahankan sistem checks and balances pada pertumbuhan sel, sehingga sel membelah untuk menghasilkan sel-sel baru yang diperlukan. Gangguan terhadap sistem keseimbangan pertumbuhan sel tidak terkendali dan akhirnya membentuk suatu massa yang dikenal sebagai tumor.

Tumor dapat menjadi jinak atau ganas, dan tumor ganas inilah yang disebut kanker. Tumor jinak biasanya dapat dihilangkan dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Tumor ganas, di sisi lain, tumbuh secara agresif dan menyerang jaringan-jaringan tubuh lain, sehingga sel-sel tumor masuk ke dalam aliran darah atau sistem limfatik dan kemudian ke bagian dalam tubuh. Proses penyebaran ini disebut metastasis.

Karena kanker paru-paru cenderung menyebar atau bermetastasis, maka sangat mengancam jiwa. Kanker paru-paru dapat menyebar ke setiap organ di dalam tubuh, terutama kelenjar adrenal, hati, otak, dan tulang. Kanker ini juga salah satu jenis kanker yang paling sulit untuk diobati. Paru-paru juga organ yang paling sering terkena oleh tumor di bagian tubuh lain.

Penyebab

Penyebab utama kanker paru-paru adalah merokok baik karena perokok aktif atau perokok pasif. Sedangkan penyebab lainnya kontaminasi udara sekitar oleh zat asbes, polusi udara oleh asap kendaraan ataupun pembakaran termasuk asap rokok.

Gejala

Kanker tidak menunjukkan gejala apapun yang terlihat dari luar jika pertumbuhan sel belum parah. Sebanyak 25% dari penderita kanker paru-paru, diketahui gejalanya setelah mereka rutin melakukan sinar X di dada atau CT scan. Jika terbukti ada kanker paru maka akan tampak bulatan keci seperti koin.

Gejala yang berhubungan dengan kanker jenis ini antara lain gangguan pernapasan yang menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, mengi, nyeri dada, dan batuk darah (Hemoptisis).

Jika kanker telah menyerang saraf, misalnya, dapat menimbulkan nyeri bahu yang bergerak di bagian luar lengan (disebut Pancoast sindrome) atau kelumpuhan pita suara menyebabkan suara serak. Invasi kerongkongan dapat menyebabkan kesulitan menelan (disfagia). Jika napas terhambat, menyebabkan infeksi (abses, radang paru-paru) di daerah yang terhambat.

Gejala yang terkait dengan metastasis: Kanker paru-paru yang telah menyebar ke tulang dapat memproduksi rasa sakit luar biasa di tulang. Sedangkan kanker yang telah menyebar ke otak dapat menyebabkan sejumlah gejala neurologis seperti penglihatan kabur, sakit kepala, kejang, atau gejala stroke seperti kelemahan atau hilangnya sensasi di bagian tubuh.

Pengobatan

Pengobatan untuk kanker paru-paru dapat melibatkan operasi pengangkatan kanker, kemoterapi, atau terapi radiasi, seperti halnya kombinasi dari perawatan ini. Keputusan tentang perawatan yang akan layak untuk individu tertentu harus memperhitungkan lokalisasi dan luasnya tumor serta status kesehatan pasien secara keseluruhan.

Seperti kanker lainnya, mungkin akan ditentukan terapi pencabutan atau kanker atau paliatif (tindakan yang tidak dapat mengobati kanker tetapi dapat mengurangi rasa sakit dan penderitaan pasien.

Jangan Sembarangan Ngeden

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Ngeden atau mengejan (memaksa) sering dilakukan orang bila sedang buang air besar (BAB). Tapi sebaiknya jangan sembarangan mengejan karena bisa menyebabkan beberapa bahaya kesehatan. Apa saja?

Sering mengeden atau mengejan terlalu keras bisa memberikan tekanan berlebih pada perut sehingga bisa menyebabkan turunnya beberapa organ yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan bahkan bahaya untuk kesehatan.

Beberapa akibat yang terjadi bila Anda terlalu sering mengeden atau mengejan terlalu keras, seperti dilansir About.com dan Livestrong, Selasa (8/2/1/2011), yaitu:

1. Wasir (ambeien)
Wasir (ambeien atau haemorrhoid atau pile) adalah lapisan selaput lendir di daerah lubang pelepasan (anus) yang menjadi lemah dan kendur (inelastic) yang umumnya terjadi karena buang air besar yang tak teratur dan sering mengejan.

Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit ini biasanya dokter akan menyarankan agar teratur buang air besar (BAB) dan banyak makan makanan berserat.

2. Hernia (turun berok)
Hernia atau turun berok terjadi ketika otot di selangkangan melemah sehingga dapat menyebabkan usus menonjol di pangkal paha. Tanda awal biasanya terlihat tonjolan di daerah selangkangan. Hal ini bisa terjadi pada saat lahir atau berkembang seiiring waktu.

Hernia paling sering disebabkan karena melemahnya otot, tapi hal tersebut juga bisa dipicu oleh sebab-sebab lain seperti sering atau berulang kali mengejan pada saat buang air besar.

3. Rahim turun
Proses persalinan atau melahirkan yang sulit bisa membuat otot-otot sekitar rahim melemah. Atau seiring dengan menurunnya hormon estrogen secara alami, maka rahim bisa turun ke dalam saluran vagina yang dikenal dengan istilah rahim turun.

Rahim turun (prolapsed uterus) paling sering disebabkan oleh proses persalinan yang berulang kali, melemahnya otot panggul, usia, kelebihan berat badan, sering mengangkat beban berat, serta adanya peningkatakn tekanan dalam perut seperti batuk kronis dan terlalu mengejan akibat sembelit saat buang air besar.

3. Rektum turun (usus besar turun)
Rektum merupakan ujung dari usus besar dekat anus. Bila terjadi peningkatan tekanan di perut, maka rektum bisa turun ke anus yang disebut dengan rektum turun atau prolaps rektum. Hal ini biasanya sering terjadi setelah buang air besar ketika orang terlalu keras mengejan.

Kondisi ini sering dirawat di rumah tanpa perlu segera dioperasi, tetapi ada bahaya yang terkait dengan prolaps rektum, seperti inkontinensia tinja (ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar), solitary rectal ulcer syndrome (borok atau luka menumpuk di sekitar dubur) dan kekurangan gizi.

Tips Menghindari Ngeden

Untuk menghindari ngeden atau mengejan maka usahakan BAB lancar karena BAB membantu menghilangkan sisa makanan yang tercerna dan bahan limbah dari tubuh.

BAB yang sehat biasanya rutin setiap hari atau 2 hari sekali. BAB yang sehat itu harus mudah dilakukan, tanpa mengejan dengan keras atau rasa sakit dan tinja tidak boleh mengandung darah.

BAB yang tidak lancar disebabkan karena cairan dalam tubuh kering. Akibatnya kemampuan usus besar untuk berkontraksi menjadi lemah.

Solusi yang sederhana agar BAB lancar di pagi hari adalah banyak minum air di siang hari. Kemudian minum segelas air hangat di pagi hari. Minuman herbal lidah buaya di pagi hari juga bisa memperlancar BAB.

Selain karena tubuh kurang air, BAB yang tidak lancar juga disebabkan tubuh kekurangan serat. Praktisi kesehatan menyarankan agar pada siang hari orang lebih banyak makan makanan berserat dan minum air sehingga pagi harinya metabolisme tubuh bisa lancar.

Tinggal Dekat dengan SPBU Bisa Kena Kanker



img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Jika berencana membeli rumah di tepi jalan raya, pertimbangkan jaraknya dengan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) terdekat. Menurut penelitian, risiko kanker bisa meningkat pada penghuni rumah dalam jarak kurang dari 91 meter dari SPBU.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari University of Murcia di Spanyol tersebut mengungkap jarak minimal antara rumah tinggal dengan SPBU adalah 50 yard atau sekitar 45,72 meter. Kurang dari jarak tersebut, tingkat pencemaran udaranya bisa membahayakan kesehatan.

Bahkan untuk beberapa jenis fasilitas publik yang mensyaratkan lingkungan bebas polusi, jarak ideal yang dianjurkan adalah 2 kali lipatnya yakni 100 yard atau sekitar 91,44 meter. Fasilitas yang dimaksud meliputi rumah sakit, sekolah dan rumah tinggal bagi lanjut usia (lansia).

Pada jarak tersebut, tingkat pencemaran udara oleh uap benzen yang berasal dari bahan bakar dianggap sudah aman bagi manusia. Uap benzen merupakan komponen bahan bakar minyak yang mudah menguap, yang merupakan salah satu karsinogen atau pemicu kanker ketika terhirup oleh pernapasan.

"Di lingkungan urban di mana tingat polusi udara paling banyak disebabkan oleh lalu lintas, kontaminasi polutan di area sekitar SPBU teramati paling tinggi dibandingkan rata-rata," ungkap salah satu peneliti, Marta Doval seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (8/1/2011).

Menurut para peneliti, kontaminasi uap benzen terjadi akibat menguapnya abhan bakar selama proses bongkar muat tangki bahan bakar. Selain itu, aktivitas pengisian bahan bakar kendaraan bermotor dan kebocoran tangki juga menyebabkan uap benzen menyebar.

Selain dipengaruhi oleh jarak, tingkat polusi di sekitar SPBU juga dipengaruhi oleh faktor lain. Di antaranya banyaknya kendaraan yang melakukan aktivitas pengisian bahan bakar di SPBU tersebut, struktur bangunan SPBU dan juga cuaca.

Rumah Sakit Bermutu Bisa Dilihat dari UGD

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Banyak faktor untuk menilai seberapa bagus rumah sakit dalam menangani pasiennya. Kemampuan Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satunya, karena dari sini biasanya pasien mendapat pertolongan pertama sebelum dirawat.

"UGD (Unit Gawat Darurat) yang tanggap, akurat dan cepat menghindarkan salah diagnosis sehingga pasien tidak meninggal dalam waktu 24 jam setelah masuk rumah sakit," jelas Prof Hasbullah Thabrany, Guru Besar FKM UI saat dihubungi detikHealth, Senin (7/2/2011).

Pasien yang masuk UGD ini mempunyai penyakit beragam mulai dari pencernaan, jantung hingga kecelakaan yang perlu penanganan cepat. Maka itu di UGD dituntut memiliki kemampuan dokter yang bisa mendiagnosa tepat dalam waktu cepat.

Karena yang tinggi seperti itu, maka dokter yang berjaga di instalasi gawat darurat harus memiliki kemampuan yang baik. Dokter tersebut harus bisa membuat rujukan yang efektif kemana pasien akan dirujuk setelah itu.

Selain UGD menurut Prof Thabrany, yang bisa dijadikan alat ukur kualitas rumah sakit adalah:
  1. Jumlah pasien yang meninggal setelah 48 jam dirawat di rumah sakit.
  2. Jumlah pasien yang dirawat di ruangan atau klinik
  3. Waktu kesembuhan penyakit tertentu, seperti tipes dan demam berdarah yang tidak melalui UGD.
  4. Jumlah pasien yang kembali ke rumah sakit dalam waktu 2 minggu dengan keluhan penyakit yang sama
  5. Jumlah pasien yang mengalami infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang terjadi pada pasien selama di rumah sakit.

"Jadi memang ada banyak indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas rumah sakit," jelas Prof Thabrany.

Karena banyaknya indikator kualitas ini, lanjut Prof Thabrany, maka seharusnya pemerintah secara berkala menetapkan ranking indikator rumah sakit.

"Kalau kayak bank itu kan ada peringkatnya masing-masing. Sayangnya, di Indonesia belum ada rangking kualitas untuk rumah sakit. Diukur dan dipantau saja belum, adanya cuma akreditasi yang baru 30 persen dan hanya penyerahkan kertas-kertas," ungkap Prof Thabrany yang pernah menjabat sebagai Dekan FKM UI.

Prof Thabrany sangat menyayangkan hingga kini belum adanya ranking indikator kualitas rumah sakit tersebut. Menurutnya, rumah sakit merupakan tempat pasien mempercayakan kesehatan dan kesembuhan, sehingga perlu adanya ranking kualitas, layaknya Bank.

Belum adanya ranking indikator kualitas rumah sakit, diakui Prof Thabrany menyulitkan masyarakat awam untuk menilai secara mudah rumah sakit mana yang memiliki kualitas yang baik.

"Dan yang perlu diperhatikan, masyarakat jangan hanya menilai kualitas rumah sakit dari gedung atau peralatan canggih yang diiklankan sebuah rumah sakit. Masyarakat jangan mau tertipu. Justru rumah sakit yang mengiklankan seperti itu adalah rumah sakit yang jelek karena berusaha menutupi kualitasnya dengan iklan alat-alat canggih," jelas Prof Thabrany.

Minggu, 06 Februari 2011

Yang Perlu Dilakukan Usai Cabut Gigi

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Sebagain besar orang menganggap cabut gigi sebagai peristiwa horor karena rasa nyeri dan pencabutan yang bikin merinding. Agar cabut gigi tidak jadi mimpi buruk, lakukan hal-hal berikut usai Anda cabut gigi.

Cabut gigi harus dilakukan seksama oleh dokter gigi atau dokter bedah mulut karena operasi kecil ini berisiko tinggi mengalami komplikasi.

Maka itu dokter biasanya tidak mau mencabut gigi pasien jika seseorang memiliki infeksi. Dokter akan memberikan antibiotik terlebih dahulu untuk membantu menyembuhkan infeksi.

Sebelum mencabut gigi, dokter akan memberikan anestesi (bius) lokal di daerah gigi yang akan dicabut untuk mematikan rasa. Anestesi ini akan mencegah nyeri di seluruh tubuh, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan atau minuman tertentu agar tidak bereaksi dengan obat anestesi.

Setelah gigi dicabut pasien biasanya mengalami perdarahan dan pembengkakan sekitar 24-48 jam pertama setelah pencabutan gigi. Namun kondisi ini bisa diatasi dengan beberapa pengobatan yang sederhana.

Beberapa cara sederhana bisa dilakukan usai cabut gigi untuk bisa membantu mengontrol dan mengobati pembengkakan yang timbul. Jika bengkak dan nyeri tidak berkurang atau memburuk setelah lebih dari dua hari sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

Cara mudah mengatasi bengkak setelah cabut gigi seperti dikutip dari Livestrong, Senin (7/2/2011) yaitu:

1. Tempatkan kasa lembab di atas luka untuk mengendalikan perdarahan setelah gigi dicabut, ganti kasa setiap 30 menit sekali atau sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan dokter.

2. Letakkan kantong es disisi luar wajah dari tempat gigi yang dicabut. Biarkan kantong es selama 10-20 menit lalu angkat dan biarkan selama 10-20 menit. Ulangi terus menerus selama 12-24 jam pertama setelah gigi dicabut.

3. Letakkan kepala dengan posisi lebih tinggi dari badan selama 12-24 jam pertama setelah cabut gigi, jika memungkinkan hal ini juga dilakukan saat tidur.

4. Letakkan kompres hangat pada daerah yang bengkak 36 jam setelah gigi dicabut.

Selain itu ada beberapa hal yang dilakukan setelah cabut gigi agar tidak memperparah kondisi yaitu:

  1. Jangan ganggu atau memegang luka yang ada, jauhkan jari dan ludah dari tempat gigi dicabut.
  2. Hindari merokok selama 72 jam setelah cabut gigi dan membuang ingus dengan keras, karena bisa menghambat proses pembekuan dan penyembuhan menjadi lebih lambat sehingga lebih bengkak.
  3. Mengonsumsi cairan dan makanan lunak setelah cabut gigi hingga 24-48 jam cabut gigi, misalnya makan puding, yogurt, kentang tumbuk, bubur dan sup.
  4. Hindari konsumsi alkohol selama minimal 48 jam setelah cabut gigi.

Mengapa Pria Lebih Sering Kena Serangan Jantung

img
foto: Thinkstock
Jakarta, Ketika bicara tentang ancaman serangan jantung, umumnya pria dianggap lebih rentan dibandingkan wanita. Anggapan ini ada benarnya, sebab hingga usia tertentu pria memiliki lebih banyak faktor risiko untuk mengalami masalah kardiovaskular.

Salah satu faktor yang menyebabkan pria lebih rentan mengalami serangan jantung adalah konsumsi garam. Umumnya pria lebih banyak mengkonsumsi garam, padahal natrium dalam garam bisa meningkatkan tekanan darah sekaligus risiko serangan jantung.

Dikutip dari USDA.gov, Senin (7/2/2011), survei di Amerika Serikat mengungkap bahwa pria mengonsumsi garam rata-rata 10 gram/hari sementara wanita hanya 7 gram/hari. Padahal asupan natrium yang disarankan tidak lebih dari 2,4 gram atau sekitar 6 gram garam dapur.

Survei yang dilakukan tahun 1997 tersebut mengungkap, para pria mendapat garam lebih banyak karena lebih sering mengonsumsi junk food atau makanan cepat saji. Di antaranya dari masakan-masakan yang memiliki cita rasa sangat kuat seperti pizza, cheesse burger dan kentang goreng (french fries).

Faktor lainnya adalah kondisi hormonal. Pada wanita yang masih mendapatkan menstruasi teratur, jantung dan sistemn peredaran darahnya dilindungi oleh hormon-hormon tertentu yang membuatnya lebih kuat dan tidak mudah mengalami gangguan seperti pada pria.

Selama belum memasuki usia menopause, wanita cenderung lebih aman dari serangan jantung kecuali jika memiliki faktor-faktor risiko lain. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko serangan jantung pada wanita di usia subur antara lain diabetes dan kadar kolesterol di atas 260 mg (6,5 mmol).

Namun setelah masuk menopause dan siklus menstruasi berhenti, risiko serangan jantung pada wanita akan semakin menyamai pria. Statistik tahun 1990 menunjukkan pada usia 65 tahun ke atas, 56 persen kematian akibat serangan jantung di Amerika Serikat terjadi pada wanita dan 44 persen sisanya terjadi pada pria.

Berikut ini perbandingan risiko serangan jantung antara pria dan wanita berdasarkan usianya.
Usia (tahun) Rasio Pria Rasio Wanita
35 100 1
40 20 1
50 10 1
65 5 2
70 5 4
75 1 1
Serangan jantung memiliki tanda-tanda:
  1. Rasa tertekan (serasa ditimpa beban, sakit, terjepit dan terbakar) yang menyebabkan sesak napas dan tercekik di leher.
  2. Rasa sakit ini bisa menjalar ke lengan kiri,leher dan punggung.
  3. Rasa sakitnya bisa berlangsung sekitar 15-20 menit dan terjadi secara terus menerus.
  4. Timbul keringat dingin, tubuh lemah, jantung berdebar dan bahkan hingga pingsan.
  5. Rasa sakit ini bisa berkurang saat sedang istirahat, tapi akan bertambah berat jika sedang beraktivitas.